Terumbu Karang Kita


Membayangkan warna-warni dalam jernihnya biru air yang berkilauan, membayangkan ikan-ikan karang yang berkerumun membentuk kehidupan yang unik dan menakjubkan. Membuat sebagian mahkluk daratan terkadang bermimpi untuk pindah dan tinggal di dalam terumbu karang. Seperti Putri duyung di negeri dongeng, kita tahu itu hanyalah fantasi semata.

Namun, keindahan biota laut itu nyata adanya.

Terumbu karang yang saya temui di Pulau Tidung

Seperti lautan Indonesia, Ia bagaikan fiksi atlantis yang hilang. Itu karena Indonesia memiliki biota laut yang mengesankan. Keindahan terumbu karang adalah karunia Tuhan yang amat besar bagi Bangsa Indonesia. Dimana Bangsa ini, memiliki 569 jenis dari 845 jenis karang di dunia. Keberagaman jenis terumbu karang yang dimiliki, serta 2,5 juta hektar luas lokasi pertumbuhan terumbu karang. oleh karenannya, Indonesia menjadi pusat dari segitiga karang dunia (Coral Triangle). Akan tetapi, bahkan harta yang berhargapun bisa terancam hilang dan musnah.

Seperti yang di lansir dalam buku Status Terumbu Karang Indonesia 2017 halaman 22, dikatakan bahwa total presentase dari status terumbu karang Indonesia tahun 2017 mencapai nilai 6.93% Sangat baik, 23.40% Baik, 35.06% Cukup, dan 35.15% Jelek.

Banyak sekali spesies yang seperti ini

Angka terbesar pada penilaian, yang ternyata jatuh dalam deskripsi ‘Jelek’, menandakan bahwa kini terumbu karang  wajib untuk dijaga kelestariannya. Karena kondisinya  mungkin sudah terancam punah, dan terganggu habitat bawah lautnya. Terutama pada daerah-daerah yang sudah memiliki tingkat pencemaran yang tinggi seperti di perkotaan, atau laut dekat kota-kota besar, perlu untuk dilakukan pengawasan terhadap Ekosistem bawah laut.

Saya juga menemukan Fosil Kerang yang sangat besar disana

Menilik kondisi geografis, atau bencana alam yang ikut menghambat sebagian pertumbuhan terumbu karang, tidak dihiraukan bahwa tekanan dari ulah manusia juga ikut andil dalam melonjaknya angka persentasi terumbu karang yang kini telah rusak. Padahal terumbu karang sendiri diperlukan sebagai benteng alami untuk mencegah adanya abrasi. Selain itu Terumbu karang merupakan tempat sumber pangan laut untuk hidup dan berkembang. Juga merupakan ragam sumber dalam pembuatan obat-obatan, serta sebagai tempat wisata dengan nilai estetika yang tinggi.


Namun sebagian masyarakat kita, belum memahami arti penting Terumbu karang bagi kemakmuran Bangsa. Seandainya masyarakat mau untuk bergerak, maka segala keuntungan pun akan dirasa bagi masyarakat itu sendiri. Dan dalam hal melestarikannya pun bukanlah tergolong hal yang sulit. Memulai dari gerakan sederhana, apabila dilakukan secara serentak maka akan menghasilkan hal yang luar biasa.

Mungkin bagi masyarakat dalam lingkup kecil seperti keluarga, untuk melestarikan Terumbu karang bisa dimulai dengan tidak membuang sampah sembarangan, membatasi penggunaan kemasan berbahan plastik dan penggunaan bahan sanitasi , sehingga meminimalisir sumbangan limbah rumah tangga. Yang mana ujung-ujungnya akan mengalir kelaut, lantas mengotori dan mencemari ekosistem biota laut.


Dalam lingkup yang besar, mungkin masyarakat yang berpenghasilan dengan menjaring ikan atau melaut. Alangkah baiknya tidak menggunakan bahan peledak, atau racun yang akan membunuh serta bibit-bibit biota laut dan menghancurkan rumah-rumah karang mereka.

Begitu pula dalam hal mengeksploitasi, seharusnya penggarapan hasil laut tidak dilakukan secara berlebihan. Karena untuk menjaga sumber daya, harus diiringi dengan batasan agar sebagian Biota yang tidak tereksploitasi dapat berkembang dan kembali memperbarui ekosistem serta tidak mengurangi jumlah hingga menjurus pada kepunahan.


Terumbu karang adalah Keindahan yang begitu nyata, yang seharusnya kita jaga dan lestarikan agar keberadaannya tetap ada. Karena Ia termasuk dalam bagian dari kehidupan manusia, serta merupakan citra dari Negara kepulauan Indonesia Raya.

Referensi : COREMAP-CTI, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. ___, Status Terumbu Karang Indonesia 2017, [pdf], (http://www.researchgate.net ,diakses tanggal 13 Agustus 2018)


Komentar

Kok banyak yang baca tulisan ini? Hmm... 🤔